No Isi Artikel

KETENANGAN HATI

 

Di tengah kehidupan yang katanya modern, gemerlapnya kehidupan dunia telah membuai sebagian manusia hingga lupa kepada Alloh dan agamanya. Namun tak bisa dipungkiri, orang-orang yang hanya mengejar dunia serta lupa akan akhirat, merekalah kelompok terbesar yang mengalami sakitnya hati.

Lihatlah keluhan yang mereka lontarkan: "Hati saya sedang gelisah, gersang, dan tidak tenang", "Aku melakukan dosa ini demi ketenangan hati", "Ah... biarlah aku tetap begini asalkan hati ini senang dan tenteram."

Alasan seperti itu, bukanlah dalil untuk mencari kepuasan sesaat dengan menerjang aturan dien! Apakah dengan berdalih untuk mencari ketenangan hati lantas kita berbuat seenaknya tanpa mengindahkan agama? Apakah karena ingin meraih bening hati boleh menerjang bid'ah seperti dzikir bersama? Ingatlah, mengobati hati jangan serampangan dengan mengambil seribu upaya tanpa berpegang dengan wahyu Ilahi, alih-alih ingin menggapai ketenangan hati malah beban pikiran semakin bertambah dan hati semakin tidak karuan.

Semoga Alloh merahmati Imam Ibnul Qayyim tatkala mengatakan: "Menyucikan jiwa lebih berat dan lebih sulit ketimbang mengobati badan. Maka, barangsiapa menyucikan jiwanya dengan cara riyaadhahah1 menyepi dan cara-cara lain yang tidak pernah dituntunkan oleh para rasul, dia laksana orang sakit yang mengobati dirinya dengan akalnya sendiri. Apalah bandingannya antara akalnya dengan pengetahuan dokter? Para rasul, mereka adalah dokternya hati.Tidak ada cara untuk menyucikan jiwa dan membagusi hati kecuali dengan mengikuti cara yang mereka tempuh, mengikuti bimbingan mereka dengan tunduk, patuh, dan berserah diri." ( Madarijus Salikin 2/328)



  1. Istilah kaum sufi, maksudnya melatih diri untuk menuju Alloh.