No Isi Artikel

13. Berhati al-Makhmuum, Jujur dan Zuhud

Dan juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

??عَنْ عَبْدِ اللهِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ، قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟ فَالَ: خَيْرُ النَّاسِ ذُو القَلْبِ الْمَخْمُوْمِ، وَ اللِّسَانِ الصَّادِقِ. قُلْنَا: فَقَدْ عَرَفْنَا الصَّادِقَ، فَمَا ذُو القَلْبِ الْمَخْمُوْمِ ؟ قَالَ:  هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ الَّذِي لَا إِثْـمَ فِيْهِ وَلَا حَسَدَ. قُلْنَا: فَمَنْ عَلَى أَثَرِهِ؟ قَالَ: الَّذِي يَشْنَأُ الدُّنْيَا وَ يُـحِبُّ الآخِرَةِ. قَالُوا: مَا نَعْرِفُ هَذَا فِيْنَا إِلَّا رَفِعٌ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ،  فَمَنْ عَلَى أَثَرِهِ؟ قَالَ: مُؤْمِنٌ فِي خُلُقٍ حَسَنٍ. قَالُوا: أَمَّا هَذِهِ فَإِنَّهَا فِيْنَا

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash dia berkata, "Kami berkata, 'Ya Rasulullah! Siapakah sebaik-baik manusia?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, '(Dia adalah) yang memiliki hati al-makhmuum dan (yang memiliki) lisan yang jujur.' Kami berkata, 'Kami telah mengetahui (lisan) yang jujur, apa yang dimaksud dengan hati al-makhmuum?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, 'Dia adalah hati yang bertakwa dan suci yang tidak ada dosa di dalamnya dan tidak ada rasa dengki/iri! Kami berkata, 'Siapakah orang setelahnya?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, '(Dia adalah) yang membenci dunia dan mencintai akhirat! Mereka berkata, 'Kami tidak mengetahui ada orang seperti ini kecuali Rafi’ Maula Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam. Siapakah orang setelahnya?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, 'Seorang Mukmin yang berakhlak baik.' Mereka berkata, 'Adapun ini, maka ada pada kami!"1

14. Menakuti Musuh atau Menghidar Disaat Fitnah

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ فِي الْفِتَنِ رَجُلٌ آخِذَ بِعِنَانِ فَرَسِهِ - أَوْ قَالَ بِرَسَنِ فَرَسِهِ - خَلْفَ أَعْدَاءِ اللهِ يُـخِيْفُهُمْ وَيُـخِيْفُوْنَهُ أَوْ رَجُلٌ مُعْتَزِلٌ فِي بَادِيَتِهِ يُؤَدِّي حَقَّ اللهِ الَّذِي عَلَيْهِ

Sebaik-baik manusia di zaman fitnah adalah seorang laki-laki yang mengambil tali kudanya -atau beliau berkata mengambil tali di mulut kudanya- di belakang musuh-musuh Allah. Dia menakut-nakuti mereka dan mereka pun menakut-nakutinya, atau seorang yang menyendiri di baadiyah (tempat yang jauh dari penduduk), dia memenuhi hak Allah yang wajib dikerjakan olehnya.2

15. Tiga Generasi Terbaik

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Sebaik-baik manusia adalah zaman/generasiku, kemudian zaman/generasi yang berikutnya, kemudian zaman/generasi berikutnya.3,4

Dan masih banyak hadits yang lain. Allahu a'lam. Sudan sepantasnya kita berusaha dan berlomba-lomba untuk menjadi para hamba terbaikyang dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.


1.     HR. Al-Baihaqi dalam Syu'ab al-lman no. 6180 dan Abu Na'im al-Ashbahani dalam Ma'rifatush shahabah, hlm. 1043 no. 2643. Syaikh al-Albani menyatakan shahih dalam Shahih al-Jami'ash-Shaghir no. 3291.

2.     HR. Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf no. 20760 dan al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 8380. Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini sesuai dengan syarat Al-Bukhari, dan Muslim dan Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahiih dalam Ash-Shahihah no. 698.

3.     HR. Al-Bukhiri no. 2652 dan Muslim no. 2533/6472.

4.     Kita tentu tidak termasuk zaman tersebut, namun kita bisa menjadi pengikut mereka, karena hanya sahabat dan pengikutnya yang masuk surga:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. at-Taubah/9: 100). Ibnu Majjah