No Isi Artikel

DUNIA TEMPAT SINGGAH SESAAT

 

Banyak orang lupa atau tidak sadar bahwa dunia hanya sebagai tempat peristirahatan sementara dan tempat tinggal sejenak untuk mencari bekal perjalanan menuju kampung akhirat. Oleh karena itu dunia hanya sebagai lahan untuk beramal dan tempat untuk beribadah kepada Allah عزّوجلّ, sedangkan akhirat sebagai kampung menuai balasan dan memetik pahala. Betapa indahnya tafsir ulama terhadap firman Allah:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi," (QS..Al-Qashash [28]: 77).

yang menegaskan: Carilah dengan  karunia  Allah yang diberikan kepadamu untuk kepentingan akhirat, yaitu surga, karena seorang mukmin harus bisa menggunakan nikmat dunia untuk kepentingan akhirat, bukan untuk (kepentingan) tanah, (kenikmatan) air, kesombongan dan melampaui batas. Sehingga seakan-akan mereka berkata: "Janganlah kamu terlena karena kamu akan meninggalkan semua hartamu kecuali bagianmu, yaitu kain kafan."1

Dari Ibnu Umar رضي الله عنهما berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم memegang pundakku, lalu bersabda:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رضي الله عنهما يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

"Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara." Lalu Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata: "Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore, dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit, dan waktu hidupmu sebelum kamu mati," (HR. Bukhari No. 6416).

 Selayaknya kita bersiap diri meninggalkan kampung dunia menuju kampung akhirat dengan selalu menambah simpanan kebaikan, bersegera memenuhi panggilan Allah, memperbanyak bekal dan bertobat dengan tobat nasuha, kalau tidak, kita pasti akan tertipu fatamorgana dunia, sedang tabiat dunia hanya satu, dunia meninggalkan kita atau kita meninggalkan dunia. Manakah lebih dahulu menghampiri kita, hanya Allah yang Maha Mengetahui dan Menentukan.

Dari Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه berkata:

نَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَصِيرٍ فَقَامَ وَقَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ فَقُلْنَ:  يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوِ اتَّخَزْنَا لَكَ وِطَاءً عَلَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لِي وَلِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِي الدُّنْيَاإِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

"Rasulullah tidur di atas tikar lalu bangun sedangkan lambungnya tergores-gores dengannya, maka kami berkata, 'Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak menyuruhku mencari alas?' Maka beliau berkata, 'Apu urusanku dengan dunia? Tidaklah aku di dunia ini melainkan seperti orang yang sedang naik kendaraan berteduh di bawah pohon kemudian pergi meninggalkannya?'"2

Ali bin Abu Thalib رضي الله عنه berkata, "Sungguh dunia semakin habis berlalu dan akhirat semakin mendekat, sedangkan keduanya masing-masing mempunyai anak turunan. Dan jadilah kalian anak turunan akhirat dan jangan menjadi anak turunan dunia, karena sekarang kesempatan beramal tanpa ada hisab dan besok hanya ada hisab sementara tidak ada kesempatan beramal."3

Wahai saudaraku kaum muslimin, ingatlah akan empat perkara: Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka tentramlah jiwaku. Aku tahu bahwa amalku tidak akan dilakukan orang lain, maka Aku pun disibukkan dengannya. Aku tahu bahwa kematian akan datang tiba-tiba, maka segera Aku menyiapkannya. Dan Aku tahu bahwa diriku tidak akan lepasvdari pantauan Allah, maka Aku akan merasa malu kepada-Nya.4

Orang yang membersihkan hatinya dari sifat rakus dan serakah akan merasa ringan untuk meninggalkannya, senantiasa siap untuk bertemu dengan Rabbnya, dengan penuh semangat menyongsong masa depan yaitu akhirat, dan selalu siaga menyambut kematian. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

"Jika cahaya telah masuk ke dalam hati, maka akan menjadi lapang dan tenang." Mereka bertanya, "Dan apakah tanda-tandanya wahai Rasulullah? "Beliau bersabda, "Bersiap siaga untuk kembali ke kampung kekekalan, bersiap siaga untuk berpisah dengan kampung penuh penipuan (dunia), dan bersiap siaga untuk dijemput kematian sebelum kehadirannya."5

Siapa yang menyia-nyiakan hidupnya, mengikuti rayuan setan dan mengumbar hawa nafsu, niscaya ia akan terjatuh ke dalam berbagai macam dosa dan maksiat, akhirnya kehilangan nikmat surga di akhirat.

خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

"Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata," (QS. Al-Hajj [22]: 11).

Abdullah bin Aizar berkata, "Anak Adam mempunyai dua rumah hunian: Rumah hunian yang berada di atas bumi dan rumah hunian yang berada di bawah bumi. Mereka berusaha mempercantik dan memperindah rumah hunian yang berada di atas bumi, mereka membuat pintu-pintu menghadap sebelah kiri, pintu-pintu menghadap sebelah kanan, dan mereka berusaha membuat penghangat untuk musim dingin dan membuat pendingin untuk musim panas. Kemudian berusaha membuat rumah hunian yang berada dibawah bumi, ternyata malah merusaknya. Lalu ada yang datang berkata, 'Sudahkah kamu berfikir? Rumah yang berada di atas bumi sementara kamu bangun dengan megah. Berapa lama kamu tinggal di dalamnya?' Dia menjawab, Tidak tahu secara persis.' 'Dan sedangkan rumah hunian yang berada di bawah bumi yang kamu rusak, berapa lama kamu akan tinggal di tempat itu?' Dia menjawab, 'Aku akan tinggal di tempat itu hingga Hari Kiamat.' Maka orang tersebut berkata kepadanya, 'Bagaimana kamu bisa merasa tidak bersalah dengan tindakanmu itu, sementara kamu seorang hamba yang berakal sehat?'"6



  1. Lihat adz-Tadzkirah, Imam al-Qurthubi, hal. 15-16 dan Syarhus Sudur, Imam as-Suyuthi, hal.20.
  2. Shahih diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (2377), Imam Ibnu Majah dalam Sunannya (4109) dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (3709 dan 3744)
  3. Dikeluarkan Imam Bukhari dalam Kitab Riqaq, Bab Fil Amal Wa Thulihi dan lihat Fathul Bari, 11/265.
  4. Manaqib Al-lman Ahmad, Ibnu Jauzi, Maktabah Al-Hany bab: As siaru vol.11 hal 485 dan Wafayat Al A'yan,op,cit, vol 2 hal 27.
  5. Zadul Ma'ad, Ibnu Qayyim 2/ 23
  6. Lihat Majmu Rasail Ibnu Rajab, risalah Ahwalul Qubur, hal. 295.