No Isi Artikel

MUTIARA SALAFUS SHOLIH

 

1.    Sahabat mulia Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu berkata: "Dahulu kita punya dua benteng pengaman. Salah satunya telah hilang, yaitu wafatnya Rosululloh shallallahu ‘alahi wa sallam. Yang tersisa satu benteng lagi, yaitu istighfar. Apabila benteng ini hilang juga maka kita akan binasa."1

2.    Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: Iblis mengatakan: "Aku telah binasakan bani Adam dengan dosa, dan mereka membinasakan aku dengan Istighfar dan kalimat Laa Ilaaha Illa Alloh. Tatkala aku mengetahui hal itu, aku sebarkan hawa nafsu pada diri mereka, hingga jadilah mereka berbuat dosa dan tidak bertaubat, karena mereka mengira sudah berbuat sesuatu yang baik."2

3.    Bakr bin Abdillah berkata: "Sesungguhnya kalian sangat banyak mengerjakan dosa, maka perbanyaklah istighfar. Karena bila seseorang mengerjakan dosa kemudian dia melihat bahwa di sisinya ada istighfar, akan menyenang-kan dirinya."3

4.    Abdulloh bin Syaqiq berkata: "Manusia itu ada tiga golongan; Pertama: orang yang mengerjakan kebaikan kemudian dia berharap pahala. Kedua: orang yang mengerjakan kejelekan kemudian taubat maka dia adalah orang yang mengharap ampunan. Dan ketiga: Orang pendusta yang terus menerus berkubang dengan dosa kemudian dia berkata: Aku berharap ampunan. Barangsiapa yang mengenal dirinya dengan kejelekan, maka perbanyaklah rasa takut daripada rasa harapnya."4

5.    Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: "Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di tempat makan kalian, di pasar kalian dan di tempat manapun kamu berada, karena kalian tidak tahu kapan ampunan Alloh itu turun."5

6.    Imam Qotadah rahimahullah berkata: "Sesungguhnya al-Qur'an ini telah menunjukkan kalian penyakit dan obatnya. Adapun penyakitnya adalah dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar."6 Wallohu A'lam.[]



1.     at-Taubah, hlm.124, al-Ghozali sebagaimana dalam Mausu'ah Nadhrotun Nai'm 2/301.

2.     Miftah Daarus Sa'adah 1/142, Ibnul Qoyyim.

3.     Az-Zuhd hlm.338, Imam Ahmad.

4.     Syu'abul Iman 2/1016, al-Baihaqi.

5.     Jami'ul Ulum wal Hikam 2/408.

6.     Jami'ul Ulum wal Hikam 2/415.